MODUL1-5 METODE PENELITIAN SOSIAL

ADNE4216
METODE PENELITIAN SOSIAL

Manasse Malo
3 sks/9 modul: ill.; 21 cm (2008)
DDC 001.4
Dalam buku materi pokok penelitian sosial ini, terkandung dua pendekatan yang ada di dalam ilmu sosial, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Hanya saja pendekatan kuantitatif lebih mendominasi dalam penyampaian materi yang ada.


TINJAUAN MATA KULIAH

Manusia tidak pernah lepas dari kebutuhan untuk memenuhi rasa ingin tahu. Bahkan semakin banyak manusia mengetahui sesuatu, semakin banyak hal yang ingin ditanyakan lebih jauh. Untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Secara garis besar kita bisa katakan ada dua cara, yaitu secara ilmiah dan secara non-ilmiah. Modul ini berisi tentang suatu proses yang dilakukan oleh manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan akan rasa ingin tahunya dengan cara yang ilmiah. Proses yang dilakukan itu disebut sebagai penelitian.

Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan, yang secara garis besar dapat dipilah menjadi kegiatan perencanaan, kegiatan pengumpulan data, serta kegiatan pengolahan dan analisis data hingga pelaporan. Modul Metode Penelitian Sosial ini terdiri dari 9 modul, yang berisi tentang rangkaian kegiatan penelitian secara mendalam. Modul satu menceritakan mengenai penjelasan-penjelasan ilmiah yang terkandung di dalam suatu penelitian ilmiah, serta proses penelitian yang harus dilakukan. Modul dua hingga enam berisi tentang penjelasan yang harus dilakukan dalam merencanakan penelitian data, termasuk di dalamnya rencana untuk mengumpulkan data di lapangan. Modul tujuh hingga sembilan berisi tentang proses yang harus dilakukan setelah data terkumpul.

Dalam buku materi pokok penelitian sosial ini, terkandung dua pendekatan yang ada di dalam ilmu sosial, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Hanya saja pendekatan kuantitatif lebih mendominasi dalam penyampaian materi yang ada.


MODUL 1
PROSES PENELITIAN DAN PENJELASAN ILMIAH

Kegiatan Belajar 1: Proses Penelitian Ilmiah
Rangkuman

Di dalam mengadakan penelitian sosial, salah satu pertanyaan pokok ialah mengenai objek penelitian sosial. Seorang peneliti haruslah mempunyai kejelasan mengenai "objek" atau apa yang ditelitinya. Pada garis besarnya objek tersebut dapat dirangkum dalam konsep perilaku sosial. Termasuk di dalam konsep perilaku sosial tersebut adalah cara perkembangan manusia secara psikologis, baik cara berpikir mereka, mengorganisasikan masyarakatnya maupun memenuhi kebutuhannya dan menyelesaikan pertentangan atau konflik.

Setelah terdapat kejelasan tentang apa yang hendak diteliti, persoalan berikutnya ialah mengenai pendekatan yang dipergunakan oleh seorang peneliti di dalam penelitian ilmiahnya. Pendekatan tersebut mewarnai segala kegiatan yang dibuat oleh seorang peneliti.

Penelitian ilmiah mempunyai aturan-aturan permainan tertentu. Aturan-aturan ini terungkap di dalam penjabaran tahapan proses penelitian ilmiah ini. Tahapan tersebut menyebar dari perumusan permasalahan sampai kepada penulisan laporan. Akan tetapi pemahaman yang tepat terhadap tahapan tadi bukanlah sebagai suatu proses yang lurus (linear) melainkan saling berkaitan satu sama lain seperti mata rantai. Dengan demikian tahapan yang satu mengasumsikan terjadinya tahapan sebelumnya, demikian pula tahapan perumusan permasalahan mengasumsikan terdapatnya tahapan penulisan laporan. Dengan perkataan lain hasil suatu penelitian yang dituangkan di dalam laporan penelitian tersebut merupakan masukan bagi seorang peneliti untuk merumuskan permasalahan penelitiannya.

Kegiatan Belajar 2: Penjelasan Ilmiah
Rangkuman

Di dalam memahami gejala-gejala sosial sehari-hari penggunaan cara berpikir ilmiah semakin mendesak. Teristimewa dengan semakin berkembangnya teknologi yang mempunyai dampak terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat maka penjelasan ilmiah mutlak diperlukan. Suatu penjelasan ilmiah bukanlah sesuatu konsep yang mengawang-awang atau turun dari langit, akan tetapi penjelasan ilmiah bersumber dari dunia realita/kenyataan yang berarti pula cara berpikir ilmiah bersumber dari cara berpikir akal sehat.

Cara berpikir akal sehat cenderung bersifat khusus, sempit, dan tidak membantu seseorang di dalam membuat prediksi yang tepat; sebaliknya cara berpikir ilmiah berwawasan luas memungkinkan generalisasi (keumuman), sistematis dan merupakan dasar yang kuat untuk membuat prediksi terhadap keberlakuan gejala sosial budaya di masa yang akan datang.

Di dalam melakukan kegiatan ilmiah dikenal beberapa jenis penelitian. Pada satu pihak dibedakan antara penelitian murni dan penelitian terapan, pada pihak lain dibedakan antara penelitian eksploratif, deskriptif dan analitis.

Daftar Pustaka

  • Asmawi Zainul, Noehi Nasoetion. (1993). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Ditjen Dikti.
  • De Balssie, R.R. (1974). Measuring and Evaluating Pupil Progress. New York: MSS Information Corporation.


MODUL 2
PERMASALAHAN DAN PREPOSISI PENELITIAN

Kegiatan Belajar 1: Permasalahan Penelitian
Rangkuman

Permasalahan penelitian berbeda dengan masalah yang kita hadapi sehari-hari. Fokus perhatian dalam permasalahan penelitian dibatasi ruang lingkupnya. Hal-hal yang menjadi perhatian adalah, untuk memulai merumuskan masalah penelitian apa yang harus ditulis, bagaimana cara menulisnya, serta di mana sumber awal suatu permasalahan penelitian. Terdapat enam hal yang mem-pengaruhi permasalahan penelitian dari segi materi isinya, yaitu: (1) paradigma; (2) nilai; (3) kebereaksian; (4) metodologi; (5) satuan analisis; (6) waktu. Dalam dunia penelitian terdapat banyak istilah-istilah mengenai berbagai jenis penelitian. Apabila jenis penelitian dibedakan berdasarkan taraf penjelasan untuk menjawab permasalahan penelitian, terdapat tiga jenis penelitian, yaitu: (1) penelitian eksploratif; (2) penelitian deskriptif; (3) penelitian eksplanasi.

Kegiatan Belajar 2: Preposisi Penelitian
Rangkuman

Dilihat dari jumlah variabel yang tercakup dalam suatu preposisi maka preposisi dapat dibedakan berdasarkan preposisi univariat; bivariat; dan multivariat. Yang termasuk preposisi adalah: aksioma, postulasi, teorem hipotesis, dan generalisasi empiris.

Pembentukan teori dapat melalui cara induksi, maupun deduksi. Terdapat 7 penjelasan yang dikenal dari suatu teori: (1) penjelasan genetik; (2) penjelasan intensional; (3) penjelasan disposisional; (4) penjelasan melalui alasan; (5) penjelasan fungsional; (6) penjelasan melalui generalisasi empiris; dan (7) teori formal.

Penggunaan suatu hipotesis adalah didasarkan pada permasalahan penelitian dan merupakan jawaban sementara permasalahan yang bersangkutan. Hipotesis dirumuskan berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Terdapat tiga jenis hipotesis: deskriptif, kolerasional, dan kausalitas.


MODUL 3
SKALA, PENGUKURAN DAN HUBUNGAN ANTARVARIABEL

Kegiatan Belajar 1: Skala Variabel
Rangkuman

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Skala nilai variabel dapat dibedakan ke dalam empat tingkatan skala: nominal, ordinal, interval dan rasio. Terdapat banyak cara dalam pengelompokan variabel, tetapi secara umum pengelompokan variabel dapat melalui dua cara: dengan menganggap bobot setiap variabel yang akan dikelompokkan adalah sama, dan dengan menganggap bobot variabel yang akan dikelompokkan adalah berbeda. Pengelompokan variabel yang dibicarakan dalam modul ini yaitu melalui cara: Summated Rating, Skala Likert, dan Skala Guttman.

Kegiatan Belajar 2: Pengukuran Konsep/Variabel
Rangkuman

Untuk mengukur konsep/variabel perlu menetapkan batasan dan tata cara tertentu untuk mengukur konsep/variabel tersebut. Yaitu dengan merumuskan definisi, menentukan indikator, dan juga menetapkan definisi operasional untuk variabel bersangkutan. Semakin tinggi tingkat keabstrakan suatu konsep, semakin banyak indikator yang diperlukan dalam proses operasionalisasi konsep yang bersangkutan; sehingga semakin besar kemungkinan untuk terjadi kesalahpengukuran.

Kegiatan Belajar 3: Hubungan Antarvariabel
Rangkuman

Hubungan di antara berbagai variabel dapat dibedakan berdasarkan sifat hubungannya: simetris atau asimetris; jumlah variabel yang terlibat dalam hubungan tersebut: bivariat atau multivariat; bentuk hubungan di antara variabel yang bersangkutan: hubungan linear atau tidak linear dan hubungan positif atau negatif; berdasarkan kondisi hubungan berbagai variabel tersebut: hubungan yang perlu, atau yang cukup, atau hubungan yang perlu dan cukup.

Daftar Pustaka

  • Bailey, Kenneth D, (1978). Methods of Social Research. New York: The Free Press, Khususnya Chapter 4. hal 56 - 63.
  • Kerlinger, Fred, N, (1973). Foundations of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart & Winston-Inc. Khususnya Chapter 26 dan 27.
  • Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (eds.), (1982). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Khususnya Bab 6 (hal 87 - 107) tulisan Peter Hagu.
  • Vredenbregt, J, Metope (1980). Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Khususnya hal. 14 - 20.


MODUL 4
KEABSAHAN (VALIDITAS) DAN KETERANDAL-AN (RELIABILITAS

Kegiatan Belajar 1: Validitas (Keabsahan)
Rangkuman

Dalam usaha guna memperoleh kejelasan tentang konsep dan atau hubungan antara konsep-konsep yang sedang diteliti, langkah penting berikutnya yang harus dilakukan peneliti adalah mengadakan pengukuran. Di sinilah masalah keabsahan dan keterandalan muncul.

Berbeda dengan yang terjadi di ilmu eksakta, konsep-konsep dalam ilmu sosial pada umumnya bersifat abstrak dan memiliki banyak dimensi; untuk memudahkan pengukuran, suatu konsep harus didefinisikan terlebih dahulu secara operasional, baru setelah diperoleh indikator-indikator dan ditetapkan dimensi-dimensi pengertiannya secara terbatas, barulah pengukuran yang dimaksud dapat terlaksana. Namun karena pengukuran yang tidak bersifat langsung inilah ada risiko bahwa sewaktu diadakan pengukuran ternyata peneliti tidak mengukur konsep yang sesungguhnya hendak diukur melainkan konsep lain dan juga risiko pengukuran konsep secara tidak tepat, serta ketidakmantapan & ketidaktepatan suatu alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur.

Masalah risiko pengukuran di atas inilah yang merujuk kepada keabsahan (validitas) yakni, tingkat kesesuaian antara konsep dan hasil pengukuran.

Secara umum telah dijelaskan dalam bab ini mengenai tiga jenis validitas yang penting diketahui dalam ilmu sosial. Dan sebagai penutup perlu kiranya digarisbawahi di sini mengenai pentingnya masalah validitas dan reliabilitas dalam ilmu-ilmu sosial seandainya kita memang ingin meningkatkan mutu hasil penelitian di satu pihak, dan kepercayaan masyarakat yang lebih besar terhadap ilmu sosial pada pihak lainnya

Kegiatan Belajar 2: Reliabilitas dan Hubungannya dengan Validitas
Rangkuman

Langkah berikutnya setelah kita mempermasalahkan validitas suatu konsep adalah masalah reliabilitas. Bila dalam validitas yang dipersoalkan adalah apakah Anda mengukur konsep yang sesungguhnya ingin diukur, dan konsep diukur secara tepat; maka dalam reliabilitas yang dipersoalkan adalah kecepatan dan kemantapan alat ukur dalam mengukur suatu konsep.

Mengingat kedekatan pengertian validitas dan reliabilitas tersebut, maka dapat disimpulkan, secara konseptual, bahwa dalam validitas itu langsung dipermasalahkan kesesuaian di antara konsep dengan kenyataan empiris; sedangkan, dalam reliabilitas yang dipersoalkan adalah kesesuaian antara hasil-hasil pengukuran di tingkatan kenyataan empiris.

Secara umum telah dipaparkan dalam bagian ini tiga metode atau cara dalam mengukur reliabilitas. Cara pertama adalah dengan metode ulang yakni, suatu alat ukur yang sama, pada situasi yang sama diuji kepada responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Cara kedua adalah dengan metode paralel yang merupakan modifikasi lebih lanjut dari cara yang pertama; sedang cara terakhir adalah dengan metode belah dua.

Daftar Pustaka

  • Bailey, Kenneth D, (1978). Methods of Social Research. Khususnya Chapter 4. hal 56 - 63. New York: The Free Press,
  • Karlinger, Fred, N. (1973). Foundations of Behavioral Research, Khususnya Chapter 26 dan 27 New York: Holt, Rinehart & Winston-Inc.
  • Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (eds.), (1982). Metode Penelitian Survei. Khususnya Bab 6 (hal 87 - 107) tulisan Peter Hagu. Jakarta: LP3ES.
  • Vredenbregt, J. (1980) Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Khususnya hal. 14 - 20. Jakarta: Gramedia.


MODUL 5
POPULASI DAN SAMPEL

Kegiatan Belajar 1: Populasi dan Sampel Probabilitas
Rangkuman

Di dalam penelitian survei kita mengenal istilah populasi. Populasi di sini diartikan sebagai objek penelitian atau sering kali disebut sebagai universum. Kita juga mengetahui bahwa dalam suatu survei tidaklah selalu perlu meneliti semua individu dalam populasi, karena di samping memakan biaya yang besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian populasi, kita mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk itu cara-cara penarikan sampel harus memenuhi syarat tertentu.

Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap unsur atau anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Di samping itu, penarikan sampel secara acak (random) harus menggunakan metode yang tepat. Meskipun sebuah sampel terdiri dari sebagian populasi, tetapi sebagian populasi itu tidak selalu dapat disebut sebagai sampel apabila cara-cara pengambilannya tidak benar.

Suatu metode penarikan sampel yang ideal adalah penarikan yang dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi (representativeness/keterwakilan). Teknik penarikan sampel probabilitas terdiri dari berbagai jenis, yakni sampel sederhana, sampel sistematis, sampel stratifikasi/berlapis, dan sampel berkelompok atau cluster.

Kita perlu memperhatikan masalah efisiensi dalam memilih metode penarikan sampel. Sehubungan dengan itu, sering kali timbul pertanyaan: berapa besar sampel yang harus diambil? Jawabnya adalah tergantung pada derajat keseragaman populasi. Semakin tidak seragam populasi, semakin banyak atau besar sampel yang diambil.

Kegiatan Belajar 2: Sampel Non-Probabilitas
Rangkuman

Di dalam praktek penelitian survei sering kali kita dihadapkan pada persoalan data populasi yang tidak memadai. Keadaan itu tidak memungkinkan kita untuk menarik sampel secara probabilitas atau memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi. Dengan kenyataan yang demikian, kita diperkenankan dengan teknik sampel non-probabilitas. Teknik sampel non-probabilitas dilakukan dengan tidak memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel.

Sekalipun teknik penarikan sampel non-probabilitas tidak memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi, konsep keterwakilan sampel (representativeness) masih diperhatikan agar yang diperoleh tetap mempunyai tingkat kepercayaan.

Beberapa teknik penarikan sampel non-probabilitas telah diperkenalkan, dan penggunaannya tentu disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Di samping itu, kenyataan tentang dimungkinkan-tidaknya individu atau objek penelitian ditemui atau diidentifikasi juga merupakan pertimbangan dalam penarikan sampel non-probabilitas.

Teknik penarikan sampel non-probabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu penarikan sampel secara random sederhana, secara sengaja, secara jatah (quota), dan penarikan sampel secara bola salju (snowball sampling).

Usaha menyesuaikan teknik penarikan sampel dengan masalah dan tujuan penelitian serta kenyataan yang ada di lapangan, diharapkan dapat memberikan gambaran yang benar tentang kondisi populasi sehingga hasil penelitian yang diperoleh memberikan hasil yang dapat dipercaya.

Daftar Pustaka

  • Bailey, Kenneth. D. (1978). Methods of Social Research. 2nd ed. New York: The Free Press.
  • Erickson, B.H. dan T.A. Nosanchuk. (1983). Memahami Data - Statistika untuk Ilmu Sosial. Jakarta: LP3ES.
  • Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. (1985). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
  • Stempel, Guido H. (1981). Research Methods in Mass Communication. London: Prentice Hall International Inc.
  • Surachmad, Winarno. (1978). Dasar dan Teknik Research. Bandung: C.V. T

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment