Memilih Software Untuk Layanan Perpustakaan

Ketika perpustakaan memutuskan untuk menerapkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi, tentu alasan utamanya adalah tercapainya misi utama perpustakaan, yaitu “Menyediakan Layanan Terbaik untuk Kepuasan Pengguna”. Inilah yang semestinya diperjuangkan dan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pilihan terhadap software perpustakaan apa yang akan dipakai.

Namun demikian, ada sebagian perpustakaan yang menjatuhkan pilihan software semata-mata karena alasan gratis dengan mengorbankan misi utama perpustakaan. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman pihak manajemen perpustakaan atau bisa juga karena dipaksa oleh kondisi ketersediaan dana perpustakaan yang minim.

Software perpustakaan gratis sangatlah menarik karena pengguna tidak perlu mengeluarkan dana sepersenpun untuk mendapatkan dan menggunakannya. Ini memang menjadi solusi bagi pengguna yang minim dana.

Beberapa hal yang semestinya menjadi pertimbangan dalam memutuskan memilih software perpustakaan gratis,

  1. Setiap perpustakaan pasti memiliki aturan main berkaitan administrasi, aturan sirkulasi, layanan, dll. Apakah software tersebut mampu mengikuti aturan main yang menjadi idealisme perpustakaan atau sebaliknya, perpustakaan yang dipaksa harus mengikuti aturan main software tersebut.
  2. Bahan pustaka berikut jenis dan macamnya terus berkembang seiring perjalanan zaman, teknologi informasi dan teknologi kemasan informasi. Apakah software tersebut memiliki kemampuan untuk mengelola semua jenis bahan pustaka, termasuk jenis bahan pustaka baru yang sangat mungkin akan muncul diwaktu yang akan datang ?.
  3. Trouble dan bug program biasanya pasti muncul di tengah perjalanan implementasi program. Apakah jika terjadi trouble atau bug dalam implemantasi software maka ada yang memberi jaminan untuk perbaikan. Siapakah yang memberi jaminan, gratiskah, cepatkah dan profesionalkah layanannya?.
  4. Apakah jika perpustakaan membutuhkan fitur atau fungsi program yang belum ada di software maka ada yang menjamin siap dan mampu menambahkan modul program secara terintegrasi. Jika ada maka bagaimana dengan biayanya. Bagaimana jika kebutuhan ini muncul di kemudian hari seiring dengan perubahan manajemen dan peraturan perpustakaan yang dinamis.
  5. Adakah layanan technical support yang selalu siap memberikan konsultasi dan solusi teknis dalam setiap permasalahan yang muncul pada perjalanan penggunaan software.
  6. Adakah jaminan bahwa software tersebut akan terus dikembangkan dan siapakah yang memberikan jaminan tersebut.
  7. Apakah untuk implementasi software tersebut benar-benar gratis atau masih harus melalui jasa lembaga atau perorangan yang berbayar. Jika berbayar apakah layanannya sudah termasuk redevelopment, debuging, garansi, layanan teknis, pelatihan, dan lain lain.

Jika ternyata salah satu atau beberapa dari 7 poin di atas tidak terjawab dengan baik maka software tersebut bukanlah software yang ideal untuk diimplementasikan di perpustakaan. Dengan demikian sebenarnya gratis atau tidak gratis bukanlah satu-satunya permasalahan yang menentukan pilihan software.

Pembuatan dan pengembangan software yang baik menuntut SDM yang bekerja profesional, pengembangan yang berkelanjutan dan fokus atau konsentrasi. Seorang programer profesional adalah manusia biasa. Tidak mungkin dia menghabiskan jam produktifnya untuk sesuatu yang sama sekali tidak menghasilkan rupiah sebagai penghargaan profesionalnya dan untuk penghidupannya. Sehingga jika pun harus bekerja untuk sesuatu yang tidak menghasilkan insentif, pekerjaan tersebut tidak akan menjadi pekerjaan pokok yang fokus dan berkelanjutan. Jika demikian maka jelas akan sulit diharapkan adanya hasil produk software yang sempurna serta adanya jaminan layanan profesional bagi para pengguna softwarenya.

Suatu produk software yang bagus seharusnya disertai layanan purna produksi sebagai tanggungjawab produsen terhadap keamanan dan kenyamanan pengguna. Layanan tersebut meliputi pra instalasi, saat instalasi dan purna instalasi. Pelatihan, konsultasi dan redevelopment sebagai pra instalasi, bantuan teknis sebagai saat instalasi, kemudian garansi, konsultasi, debuging, redevelopment, layanan teknis serta pengembangan sebagai jaminan purna instalasi.

Tanpa layanan purna produksi tersebut bisa jadi suatu produk software justru akan melahirkan korban dikemudian hari. Dan kerugian pengguna yang tidak bisa di-uangkan adalah investasi waktu perpustakaan, karena kegagalan dan atau tidak optimalnya implementasi software yang juga berarti kehilangan masa produktifitas layanan perpustakaan dalam waktu yang lama. Terkadang perpustakaan terpaksa harus kembali mundur kebelakang untuk memulai lagi dengan software aplikasi perpustakaan lain yang lebih ideal dan lebih memenuhi kebutuhan perpustakaan.

Sumber: http://mitraperpustakaan.com/?L5@=N65@.K&P52Q5N_M=K4$K

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment