Dalam kehidupan nyata, seorang perempuan tidak jarang memiliki beban
lebih berat dari pria. Saat ini, seorang istri bahkan seringkali
memiliki beban lebih berat dari seorang suami. Mulai dari mengurus rumah
tangga, mendidik anak dan bahkan mencari uang untuk menegakkan ekonomi
keluarga. Hal ini banyak dilakukan oleh para perempuan pekerja, termasuk
para buruh migran Indonesia di luar negeri.
Dengan pengorbanan seperti itu, sudah sepantasnya para perempuan pekerja
ini dihormati hak-haknya. Betapapun para perempuan ditakdirkan untuk
memiliki kelemahan, maupun kekuatannya. Mereka membutuhkan perhatian,
terutama dari keluarganya. Sangatlah naïf jika pengorbanan para
perempuan ini kemudian dibalas dengan rencana jahat yang akan
menjerumuskan kehidupannya, Apalagi hal itu dilakukan oleh orang-orang
terdekatnya.
Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh betapa pentingnya
menghormati para perempuan, yang telah berperan membantu memperbaiki
kehidupan keluarga Beliau. Adalah Saudah binti Zam’ah, salah satu istri
Nabi Muhammad SAW yang telah memperlihatkan pengorbanan sebagai isri
yang sholihah. Begitu pula sangat jelas bagaimana cara nabi Muhammad SAW
memperlakukan Saudah, sehingga tidak ada yang saling disakiti.
Saudah binti Zam’ah sendiri adalah seorang janda tua, yang ditinggal
mati oleh sang suami, saat mengikuti Nabi Muhammad SAW berjuang
menegakkan ajaran Allah. Sepeninggal istri pertama Siti Khadijah, para
pengikut Nabi mengajukan Saudah sebagai pengganti Khadijah untuk
mendampingi perjuangan Nabi, sekaligus mengurus keluarga. Nabi
menyetujui usul tersebut dengan pertimbangan kemanusiaan.
Dalam perjalanan rumah tangga Nabi Muhammad SAW, Saudah terbukti
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perjuangan Islam. Janda
kaya ini mendukung finansial perjuangan Nabi, sekaligus menjadi ibu bagi
anak-anak Nabi Muhammad dari istri lainnya. Saudah tidak pernah
mengeluh, walaupun memberikan pengorbanan yang lebih besar daripada
istri-istri lainnya. Bahkan, ketika Nabi Muhammad secara baik-baik
sempat akan menceraikannya, Saudah bermohon agar tetap bersama Nabi
Muhammad SAW, walaupun dalam keadaan apapun. Allah SWT kemudian
memberikan jalan keluar dengan turunnya perintah dalam surat Annisa ayat
128 : Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka). Keduanya
kemudian saling menghargai dan perceraian tidak terjadi.
Contoh tersebut memberikan teladan bagi kita bahwa suami istri harus
mau saling berkorban untuk kebaikan bersama. Suami tidak boleh
mengabaikan pengorbanan istri, apalagi para perempuan pekerja.
Sebaliknya, istri juga harus memahami pengorbanan suaminya, karena telah
berusaha menegakkan tiang keluarga. Betapapun kecilnya pengorbanan dari
suami atau istri harus tetap dihormati. Tanpa adanya saling pengertian,
sangat sulit rumah tangga dibangun. Saudah binti Zam’ah pun memberikan
teladan pengorbanan seorang istri yang solihah. *
Pengorbanan Istri
9:40 AM |
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment