Di era global saat ini dimana informasi membludak,
profesi pustakawan terus menjadi sorotan. Memang…diharapkan profesi ini
mampu mengelola banjir informasi yang berdampak luas pada masyarakat.
Sebelum membicarakan era global-era Internet, dan ketrampilan pustakawan
untuk menghadapinya, maka penulis sedikit menyinggung tentang
persyaratan profesi.
Menurut Abraham Flexner
yang dikutip Wirawan (1993) profesi paling tidak harus memenuhi 5
persyaratan sbb:(1) profesi itu merupakan pekerjaan intelektual,
maksudnya menggunakan intelegensia yang bebas yang diterapkan pada
problem dengan tujuan untuk memahaminya dan menguasainya;(2) Profesi
merupakan pekerjaan saintifik berdasarkan pengetahuan yang berasal dari
sains;(3) Profesi merupakan pekerjaan praktikal, artinya bukan melulu
teori akademik tetapi dapat diterapkan dan dipraktekkan;(4) Profesi
terorganisasi secara sistematis. Ada standar cara melaksanakannya dan
mempunyai tolok ukur hasilnya;(5) Profesi-profesi merupakan pekerjaan
altruisme yang berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya bukan
kepada diri profesionalisme.
Sedangkan
profesionalisme menunjukkan ide, aliran, isme yang bertujuan
mengembangkan profesi, agar profesi dilaksanakan oleh profesional dengan
mengacu kepada norma-norma, standar dan kode etik serta memberikan
layanan terbaik kepada klien.
Dari uraian di
atas jelas, bahwa pustakawan adalah sebuah profesi. Dan bagaimana dengan
tantangan ke depan? Dari sinilah penulis berangkat menuangkan pemikiran
agar dapat memberi masukan, serum, dorongan, semangat agar profesi
pustakawan dapat lebih bermanfaat dan menggigit kepada masyarakat secara
luas utamanya di era global yang sarat tantangan saat ini.
ERA
GLOBAL-ERA INTERNETEra global telah merambah dan melanda semua orang
tidak terkecuali pustakawan. Era global membuka mata hati bahwa didalam
kehidupan ini kita perlu orang lain dimanapun tanpa mengenal batas.
Perkembangan
teknologi komunikasi dan telekomunikasi seperti Internet dapat mengubah
banyak orang menjadi kosmopolitan. Picasso yang dikutip Muis (2001)
mengatakan bahwa dunia telah menjadi kosmopolitan dan kita saling
mempengaruhi satu sama lain.Internet dengan muatan-muatan bisnis,
pendidikan dsb, telah mampu mempengaruhi pola pikir kita semua. Ia telah
mengubah kehidupan secara drastis. Ia telah mereformasi sejumlah
praktek-praktek bisnis kuno. Amazon.com misalnya telah mengubah wajah
industri eceran dan distribusi menjadi sedemikian revolusioner.
Film
Blair Watch Project menggunakan Internet sebagai media yang kreatif dan
murah untuk mempromosikan film mereka. Hanya dengan bermodalkan
$15.000, situs Blair Witch Project berdiri. Tak kurang dari 75 juta
orang telah mengunjungi situs itu. Dan ketika diputar, film ini
menghasilkan rekor penjualan tiket tak kurang dari 100 juta dolar
(Kurnia, ….). Sungguh tidak terbayangkan hanya dengan memasukkan nomer
credit card pada "secure server" sebuah bisnis maya barang yang
diinginkan datang pada saatnya. Jadi tidak perlu lagi montang – manting
ke Bank untuk membeli bank draft dan mengirimkannya. Praktis, hemat
waktu, uang dan tenaga. Bukan main.Internet sudah menjadi suatu media
pilihan untuk mendapatkan informasi aktual dan faktual. Walaupun
Internet bukanlah panacea, satu-satunya pilihan, namun sudah menjadi
harapan utama untuk mendapatkan informasi aktual.T
antangan ini akan semakin ramai dan kompetitif tajam dengan realisasi AFTA 2003 (Asean Free Frade Area)
– perdagangan bebas antara negara Asean. Perdagangan bebas ini berarti
akan terjadi antara lain :1. Banjirnya tenaga Malaysia dsb di Indonesia,
terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan bahasa Inggris dan
ketrampilam khusus.2. Pada lingkungan pekerjaan bahasa Inggris akan
lebih dominan dibanding bahasa Indonesia.3. Lapangan pekerjaan akan
melimpah ruah bagi orang-orang yang memiliki kualifikasi dan kemampuan
kerja tinggi, mampu berkomunikasi secara internasional dan mempunyai
wawasan luas.34. Kematian bagi orang-orang yang buta komputer atau buta
bahasa Inggris. Kematian dalam arti tidak bisa berkembang. Pada saat itu
buta komputer hampir identik dengan buta huruf (Mahayana, 1995).
Penggunaan
Internet untuk pendidikan cukup menonjol dan cukup ampuh dalam upaya
memperkini ilmu pengetahuan pada pemakainya. Pemanfaatan Internet untuk
pendidikan misalnya :1. Perpustakaan Online2. Buku online & jurnal
online3. Pembelajaran jarak jauh (distance learning)4. Pendaftaran
kuliah online5. Kuliah & tugas kuliah6. dsbKeampuhan Internet di Era
global sebagai media pengaruh cukup signifikan terhadap budaya
tradisional. Internet mampu menggeser budaya hidup masyarakat, misalnya :
… masyarakat menjadi semakin longgar (permisif) terhadap perilaku yang
untuk beberapa tahun yang lalu kurang enak dipandang kini menjadi biasa.
… perilaku remaja (dan juga orang tua) yang begitu longgar terhadap
pergaulan yang menjurus kepada penyimpangan norma agama (Suyono, 1999).
Disamping itu era global menurut Abidin (1999) mampu :1. Mengubah pola
hidup, seperti :a) dari agraris tradisional menjadi masyarakat industri
modernb) dari lamban ke serba cepatc) dari berasas nilai sosial menjadi
konsumeris materialistisd) dari tata kehidupan tergantung dari alam
kepada menguasai alam2. Membawa perubahan perilaku, terutama pada
generasi muda (para remaja), seperti :a) …pergaulan a-susila di kalangan
pelajar dan mahasiswa.
Pornografi yang susah
dibendung (Masih ingat…….. Itenas 2001)b) kecanduan terhadap
ecstasyPerkawinan tradisional yang dulu cukup dengan jodoh satu kampung,
di era global dengan bantuan Internet perkawinan dapat meretas batas
bukan saja desa tapi negara. Seperti akan kawinnya Sanad Biber dari
Bosnia dan Tri RK gadis dari Kediri (Sadaruwan, 2001). Memang jodoh di
tangan Tuhan, tapi usaha manusia tetap4dibutuhkan. Perkawinan lintas
negara (kesejagadan) berawal dari pemanfaatan Internet dengan fasilitas
chatting dan e-mail. Sekarang telah berkembang dengan situs-situs yang
menarik hati.
BAGAIMANA PUSTAKAWAN?Menghadapi
riuh rendah dan carut-marutnya kehidupan yang terus berpacu dengan
perkembangan teknologi di era global, maka pustakawan harus menghadapi
kenyataan tersebut. Supaya berhasil mengatasinya, pustakawan sebagai
profesi harus memiliki beberapa ketrampilan, antara lain :1.
AdaptabilityPustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang
menantang. Mereka tidak selayaknya mempertahankan paradigma lama yang
sudah bergeser nilainya. Pustakawan sebaiknya adaptif memanfaatkan
teknologi informasi.
Feret dan Marcinek
(1999) menyatakan bahwa pustakawan harus berjalan seirama dengan
perubahan teknologi yang terus bergerak maju dan pustakawan harus mampu
beradaptasi sebagai pencari dan pemberi informasi dalam bentuk apapun.
Pustakawan dalam memberikan informasi tidak lagi bersumber pada buku
teks dan jurnal yang ada di rak, tetapi dengan memanfaatkan Internet
untuk mendapatkan informasi yang segar bagi penggunanya. Erlendsdottir
(1997) menyatakan kita bukan lagi "penjaga" buku. Kita adalah
information provider di situasi yang terus berubah dan dimana kebutuhan
informasi dilakukan dengan cepat dan efektif. Sekarang misi kita adalah
mempromosikan jasa-jasa untuk informasi yang terus membludak. Dan bahkan
jika kita tidak berubah, teknologi informasi akan mengubah tugas
kita.2. People skills (soft skills)Pustakawan adalah mitra intelektual
yang memberikan jasanya kepada pengguna. Mereka harus lihai
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan penggunannya.
Agar
dalam berkomunikasi dapat lebih impresif dengan dasar win-win solution
maka perlu people skills yang handal. Menurut Abernathy dkk.(1999) :
…perkembangan teknologi akan lebih pervasive tetapi kemampuan tentang
komputer saja tidaklah cukup untuk mencapai sukses. Karena itu
membutuhkan people skills yang kuat yaitu :a. pemecahan masalah
(kreatifitas, pencair konflik)5b. Etika (diplomasi, jujur,
profesional)c. Terbuka (fleksibel, terbuka untuk wawasan bisnis,
berpikir positif)d. "Perayu" (ketrampilan komunikasi dan mendengarkan
atentif)e. Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai kemampuan
memotivasi)f. berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan).
Hal ini didukung oleh Feret dan Marcinek (1999), yang mengatakan bahwa
pustakawan masa depan harus sudah siap untuk mengikuti pembelajaran
seumur hidup.
Hal ini penting agar pustakawan
mudah beradaptasi.People skills ini dapat dikembangkan dengan membaca,
mendengarkan kaset-kaset positif, berkenalan dengan orang positif,
bergabung dengan organisasi positif lain dan kemudian diaplikasikan
dalam aktivitasnya sehari-hari.3. Berpikir positifDidalam otak kita
terdapat mesin "yes" . Ketika kita dihadapkan sesuatu pekerjaan yang
cukup besar, maka umumnya kita berkata : Wah….. tidak mungkin; aduh…..
sulit, dsb. Maka apa yang kita laksanakan juga tidak mungkin terjadi .
Pesimistis . Dan pesimistis bukan sifat pemenang tapi pecundang.
Pustakawan diharapkan menjadi orang di atas rata-rata. Sebagai pemenang
yang selalu berpikiran positif, sehingga jika dihadapkan pada pekerjaan
besar seharusnya berkata "yes" kami bisa.
Remember, you are what you think, you feel what you want.
Orang Jawa berkata mandi ucape dewe4. Personal Added ValuePustakawan
tidak lagi lihai dalam mengatalog, mengindeks, mengadakan bahan pustaka
dan pekerjaan rutin lainnya, tetapi di era global ini pustakawan harus
mempunyai nilai tambahnya. Misalnya piawai sebagai navigator unggul.
Dengan nilai tambah, yang berkembang dari pengalaman , training dsb,
pustakawan dapat mencarikan informasi di Internet serinci mungkin. Hal
ini sudah barang tentu akan memuaskan pengguna perpustakaan. Kepuasan
pengguna itu sangat mahal bagi dirinya maupun bagi perpustakaan dimana
ia bekerja.5. Berwawasan EnterpreneurshipSudah waktunya bagi pustakawan
untuk berpikir kewirausahaan. Informasi adalah kekuatan. Informasi
adalah mahal, maka seyogyanya pustakawan harus sudah mulai berwawasan
enterpreneurship agar dalam perjalanan sejarahnya6nanti dapat bertahan.
Lebih-lebih di era otonomi, maka perpustakaan secara perlahan harus
menjadi income generation unit.
Memang sudah
ada pustakawan yang berwawasan bisnis, tapi masih belum semuanya.
Paradigma lama bahwa Perpustakaan hanya pemberi jasa yang notabene tidak
ada uang harus segera ditinggalkan.6. Team Work - SinergiDi dalam era
global yang ditandai dengan ampuhnya Internet dan membludaknya
informasi, pustakawan seharusnya tidak lagi bekerja sendiri. Mereka
harus membentuk team kerja untuk bekerjasama mengelola informasi.
Choo
yang dikutip Astroza dan Sequeira (2000) mengatakan bahwa perubahan
teknologi menawarkan kesempatan unik untuk bekerjasama lintas disiplin
dengan profesional lainnya :- pakar komputer yang bertanggung jawab pada
pusat komputer- pakar teknologi yang bertanggung jawab pada
infrastruktur teknologi, jaringan dan aplikasi- pakar informasi
(pustakawan) yang mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk
mengorganisasi pengetahuan dalam sistem dan struktur yang memfalisitasi
penggunaan sumber informasi dan pengetahuan.Diharapkan dengan team work,
tekanan di era industri informasi dapat dipecahkan. Menurut Astroza dan
Sequeira (2000) perubahan teknologi dan perkembangan industri informasi
berdampak luas pada profesional informasi : pustakawan, arsiparis,
penerbit. Profesi ini menghadapi 2 tekanan komplementer, yaitu :1.
perkembangan jumlah informasi dan tersedianya teknologi baru,
memungkinkan untuk akses dan memproses informasi lebih besar dari lima
tahun yang lalu.2. harapan pengguna yang terus meningkat dapat
menciptakan kebutuhan jasa informasi yang kualitasnya lebih
canggih.Dengan enam ketrampilan di atas diharapkan pustakawan akan terus
berkembang menjalankan tugasnya seiring dengan perubahan jaman yang
begitu cepat. Profesionalisme pustakawan akan lebih mendarah daging dan
menjiwai setiap aktivitasnya.
BAGAIMANA IPI
?Bagaimana dengan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI yang harus dibaca
i_pé_i) yang telah berusia 28 tahun ini. Dari segi umur merupakan masa
yang cukup kokoh, tangguh dan perkasa. Suatu periode yang mampu
menghadapi perubahan tentunya.Untuk itulah maka IPI harus :1. Mampu
merespons arus kesejagadan (globalisasi) yang disamping menyodorkan
kesempatan dan tantangan tapi juga memberi ancaman. Dengan enam
ketrampilan di atas diharapkan IPI sebagai wadah pustakawan dapat terus
berkembang sesuai dengan programnya.2. Mampu menunjang kelancaran
otonomi daerah.
Otonomi daerah pada hakekatnya
adalah kemandirian dalam penyelenggaraan pemerintahan, proses
pembangunan, pemberdayaan masyarakat yang memerlukan pengelolaan
(manajerial) yang professional, benar dan baik untuk mewujudkan good
governance dan clean governance (Chajaridipura, 2001). Ada satu kunci
yang perlu dicermati, yaitu pemberdayaan masyarakat. Karena masyarakat
Indonesia 65% berada di desa, maka IPI harus mampu memberdayakan, dalam
arti membuat masyarakat mampu bersaing di era global yang penuh
persaingan ini. Untuk itu IPI harus mulai menggarap pustakawan –
pustakawan desa agar mereka handal dan tangguh melalui training atau
pelatihan- pelatihan yang efektif serta aplikatif.3. Dalam setiap
kegiatan hendaknya IPI bersinergi dengan asosiasi atau institusi lain,
misalnya FPPTI, FKP2T dsb, agar gregetnya terasa lebih menggigit.4. IPI
hendaknya lebih extrovert. Tak kenal maka tak sayang itulah pepatah yang
harus menjiwai di tubuh IPI. Dari dulu penulis mengingnginkan IPI lebih
ada keberadaannya. Kegiatan profesional suatu saat tertentu
ditinggalkan sebentar untuk kegiatan global dan isidental, misalnya :
ikut serta pelaksanaan bersih kota, mengentas kemiskinan dsb.
Karena
dengan membaurnya IPI dengan masyarakat luas maka masyarakat semakin
dekat dengan IPI. Dan IPIpun akan dikenal dan disayang.
PENUTUP
Era
global dan era Internet telah menantang profesionalisme pustakawan.
Tantangan tersebut bukanlah hal yang menakutkan, tetapi justru menjadi
peluang emas bagi pustakawan untuk bergerak maju meretas batas. Dengan
enam ketrampilan di atas diharapkan pustakawan demikian juga wadahnya
IPI, akan lebih exist dan berjuang sesuai dengan program kerjanya. Dan
terus mendukung program pemerintah yang tertuang dalam TAP MPR-RI No.
XV/MPR/1998, tanggal 13 November 1998 tentang : Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional, yang
berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka
negara kesatuan Republik Indonesia. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA-
Abidin,
Mas’oed (1999). Dampak globalisasi memasuki millennium ketiga.(http
://www.geocities.com/Tokyo/Ginza/8700/dampak.html )- Abernathy et.al
(1999).
Test your 2000 + People Skills. (http://proquest.umi.com/ pqdweb? TS . Restricted search)- Astroza, M. T dan Sequeira,D (2000).
Challenges
in training new health information professionals in Latin America.
(http://www.icml.org/wednesday/choice/ astroza/final.htm)-
Chajaridipura (2000). Binatang apakah Otonomi Daerah itu ? Manajemen. Mei.- Erlendsdottir, L (1997).
New technology, new librarians ?.(http:www.ukoln.ac.uk/services/papers/bl/ans-1997/erlendsdottir).-
Feret,
B dan Marcinek, M (1999). The future of the academic library and the
academic librarian – a Delphi Study. (http://educate.lib.chalmers.se/IA
…roceedcontents/ chanpap/feret.html).- Kurnia, K (….),
Manfaat Internet. Kompas Cyber Media (http://www.kompas. com/kcm/kafi/ kf11.htm)- Mahayana, D (1995).
Menjemput
masa depan (http://www15.brinkster.com/stress95/ articles.htm).- Muis, A
(2000). Indonesia di era dunia maya. Bandung : Remaja Rosdakarya.-
Suyono (1999),
Masa depan pendidikan dan
pendidikan masa depan. Suara Pemba-haruan Daily.
(http://www.suarapembaruan.com/News/1999/01/300199/OpEd
/op01/op01.htmlT)- Sadaruwan, A (2001). K
awin
Internet Pemuda Bosnia-Cewek Kediri .Jawa Pos. 5 Ok-tober.- Wirawan
(1993). Profesi kepustakawanan : suatu analisa. Makalah disampaikan
pa-da Rapat Kerja Pusat IPI di Mataram, NTB, tanggal 21-23 Juli.
0 comments:
Post a Comment